Kamis, 23 Januari 2014

Desa Purwodadi Kecamatan Barat Magetan



Bekas Kadipaten Purwodadi (1830 M)

Gapura Kadipaten Purwodadi, Kebon Jero ada di Desa Purwodadi, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan
Terdapat  Sisa-sisa bangunan dan tinggalan Kadipaten Purwodadi hingga kini masih dapat dijumpai di Desa Purwodadi, Kecamatan Barat. Tinggalan-tinggalan tersebut berupa arca nandi, batu candi, nama lokasi, struktur gapura dan pagar, serta yoni.
  • Tinggalan berupa arca, batu candi, dan yoni terletak di pekarangan warga, kondisinya telah aus dan rusak.
  • Struktur gapura dan pagar berada di lahan pribadi milik salah seorang warga. Lokasi ini dikenal dengan sebutan “kebon Jero”. Kebon berarti kebun, jero berarti dalam. Disebut “kebon jero” karena lahan di dalam area pagar tersebut dimanfaatkan sebagai kebun.
  • Tinggalan berupa nama lokasi dapat dijumpai dari nama lingkungan-lingkungan di sekitar desa. Misalnya saja lingkungan “kepatihan”.



Sejarah Kadipaten Purwodadi merupakan hasil pemekaran Kabupaten Magetan setelah Magetan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1830. Tembok Kabupaten Poerwodadie yang sekarang berada di Desa Purwodadi Kecamatan Barat Kab Magetan, tepatnya sebelah utara lapangan dan SDN Purwodadi, dari jauh sudah tampak tembok gerbangnya. Sejarah tembok diatas tidak lepas dari Sejarah Magetan terutama  perjanjian Sepreh tahun 1830
Adipati pertamanya adalah R. Ngabehi Mangunprawiro atau dikenal sebagai R. Ngabehi Mangunnagara. Berturut-turut yang menjabat Adipati di Purwodadi adalah : R. Ng. Mangunprawiro alias R. Ng. Mangunnagara, R. T. Ranadirja, R. T. Sumodilaga, R. T. Surakusumo, R. M. T. Sasranegara, Pada tahun 1870 Kadipaten Purwodadi dihapuskan.
Pintu gerbang Kabupaten Poerwodadie. Sayangnya saat saya dan teman teman dari komunitas Histori van Madioen menelusuri kesana, banyak benda Cagar Budaya yang hilang dibawa masyarakat sekitar atau bahkan dijual. Karena antusiasnya masyarakat akan kunjungan kami sampai terjadi kehebohan Mister Thukul Jalan Jalan...Auuuuuu

Inilah kondisi salah satu pintu Gerbang Kadipaten Purwodadi


Beberapa Benda Cagar Budaya Yang dulu masih bisa saya temui, sekarang sudah raib entah kemana



Banyak mitos tentang Bonjero Purwodadi, dengan panjang hampir 150 M, reruntuhan tembok benteng kadipaten masih banyak berserakan, masyarakat tidak berani mengambilnya karena mitisnya batu bata tersebut akan kembali lagi ke tempatnya yaitu  bonjero.



Ada juga mitos bahwa istana di dalam bonjero adalah istana tiban dari Nyi Blorong, Putri dari Ratu Pantai Laut Selatan Nyi Loro Kidul.....karena istana tiban maka hilangnyapun juga tiba tiba, tanpa ada jejak peninggalan bangunan sedikitpun. Meski fersi lain mengatakan bangunan dan istananya diboyong ke Kabupaten Madiun untuk Kadipaten juga.

12 komentar:

  1. Standing applause untuk bu Wina...!!!!

    BalasHapus
  2. dahulu pada zaman Jepang,, batu bata dari bekas kadipaten ini pernah diminta oleh Penjajah Jepang, pada waktu itu Jepang meminta ijin kepada kakek buyut saya yang dikenal dengan nama Mbah Gong, beliau adalah lurah pertama Purwodadi yang langsung ditunjuk oleh Gusti Ridder (RMA Kertohadinegoro) yang saat itu menjadi Bupati Magetan. Dan dengan terpaksa mbah buyut mengiyakan permintaan Jepang karena mereka meminta dengan paksa. Rencana oleh Jepang mau d'buat untuk bangunan bandara di Surabaya. Tetapi karena batu bata ini adalah batu bata wingit dan milik Ratu kalau orang bilang, jadi konon dahulu katanya tukang2 dan orang2 jepang banyak yang meninggal aneh, perutnya mbledos "istilah jawanya", dan banyak yang menerima mimpi kalau batu bata ini tidak dikembalikan di tempat asalnya, maka akan memakan korban terus menerus dan Jepang pun ketakutan dan memerintahkan untuk mengembalikan batu bata ini kepada Mbah Gong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum...mas kalau boleh tanya, bolehkah saya mendapatkan informasi mengenai nama dan jumlah putera RM Dipokusumo (putera P Diponegoro), karena kebetulan dulu menurut penuturan keluarga kami, dulu kakek buyut kami bernama Dipokusumo, putera dari P Diponegoro...selanjutnya kakek kami tinggal di Nganjuk dan bekerja di Pabrik Gula...matursuwun mas atas informasinya

      Hapus
  3. walah.. walah.. nek pengen pethuk simbah'e bonjero hubungi aku. omah ku andeng'e pager bonjero. tapi manggon ku neng gebyog..!! oce......

    BalasHapus
  4. Leluhur saya dari Desa Kauman , Karangrejo , Magetan ( -/+ 500 meter dari lokasi bekas ' KADIPATEN PURWODADI ' )

    BalasHapus
  5. Saat jam istirahat selalu nongkrong di atas gapura bonjero bisa dipanjat dgn mudah dr samping kelasku di SD Purwodadi..

    BalasHapus
  6. Terimakasih artikelnya. Masa kecil saya sering diajak ortu berziarah ke makam di Kauman, makam Kyai Penghulu, yang merupakan leluhur dari ibunda saya.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Terima kasih mbak Wina. Rumah orang tua saya persis berada di sebelah kiri depan Gapura ini. Ketika kecil saya sering sekali bermain di gapura ini..dan berlarian diatas pagar yg lebarnya sekitar 1 meter.

    Saat ini Pemerintah Desa Purwodadi sedang mencoba "nguri uri" budaya dengan mengadakan festival nenteng. Ini sudah tahun kedua dan rencananya akan diadakan minghu depan 27 -31 Agustus 2016. Nahi yang punya waktu
    .monggo pinarak..

    Btw. Mohon ijin copy beberapa penggal sejarah diatas nghih..

    BalasHapus
  9. Adakah yang mengenal Sadimin Pawirodikromo,
    Konon katanya salasatu penghuni atau penjaga Kadipaten Purwodadi Magetan,
    Mohon Informasinya sedhulur semua di 081230509789

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah persis posisi saya skrng tungfat di desa Kauman samping makam Mbah pengulu

    BalasHapus
  11. Tempatnya persis disebelah rumah mertua saya dan saya pribadi setiap ksna masih merasa bau² mistis itu kental skali apalagi anak saya yg masih balita setiap diajak pulang ksna malamnya itu selalu rewel entah knpa ..setelah dtnyakan sama embah sana memang bener ada yg suka jail dan usil sama anak kecil ..dan kejadian itu terus berulang setiap anak saya diajak ksna ..

    BalasHapus